Subscribe:

Ads 468x60px

Pages

Featured Posts

Rabu, 18 Januari 2012

TAQWA YANG SESUNGGUHNYA

Suatu hari, seorang sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w. tentang apa itu taqwa. Beliau menjelaskan bahwa taqwa itu adalah :

1. Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.

2. Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia.

3. Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki yang banyak, siapa pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disedari adalah bahawa rezeki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.

4. Orang yg menyiapkan diri untuk “perjalanan panjang”, maksudnya adalah hidup sesudah mati.

Al- Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan.

Seorang sahabat Rasulullah SAW, Ubay bin Ka’ab pernah memberikan gambaran yang jelas tentang hakikat taqwa. Pada waktu itu, Umar bin Khaththab bertanya kepada Ubay tentang apa itu taqwa. Ubay balik bertanya : “Apakah Anda tidak pernah berjalan di tempat yang penuh duri?” Umar menjawab : “Ya.” Ubay bertanya lagi : “Lalu Anda berbuat apa?” Umar menjawab: “Saya sangat hati-hati dan bersungguh-sungguh menyelamatkan diri dari duri itu.” Ubay menimpali : “Itulah (contoh) taqwa.”

Menghadapi duri di jalanan saja sudah takut, apalagi menghadapi siksaan api neraka di akhirat kelak, seharusnya kita lebih takut lagi. Permasalahan yang dihadapi biasanya adalah “duri” semacam apakah yang dihindari oleh orang-orang bertaqwa itu dan sejauh manakah kita mampu untuk menghindari “duri” itu.

Syekh Abdul Qadir pernah memberikan nasihat :

”Jadilah kamu bila bersama Allah tidak berhubungan dengan makhluk dan bila bersama dengan makhluk tidak bersama nafsu. Siapa saja yang tidak sedemikian rupa, maka tentu ia akan selalu diliputi syaitan dan segala urusannya melewati batas.”

Seseorang yang bertaqwa akan meninggalkan dosa-dosa, baik kecil maupun besar. Baginya dosa kecil dan dosa besar adalah sama-sama dosa. Ia tidak akan memandang remeh dosa-dosa kecil, kerana gunung yang besar tersusun dari batu-batu yang kecil (kerikil). Dosa yang kecil, jika dilakukan terus-menerus akan berubah menjadi dosa besar.

Tidak hanya hal-hal yang menyebabkan dosa saja yang ditinggalkan oleh orang-orang bertaqwa, hal-hal yang tidak menyebabkan dosa pun, jika itu meragukan, maka ditinggalkan pula dengan penuh keikhlasan.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menyatakan bahwa orang bertaqwa adalah orang yang telah menjadikan tabir penjaga antara dirinya dan neraka. Pernyataan ulama besar salaf ini memiliki kandungan yang lebih spesifik lagi. Orang bertaqwa berarti dia telah mengetahui hal-hal apa saja yang menyebabkan Allah murka dan menghukumnya di neraka. Selain itu, ia juga harus mengetahui batasan-batasan (aturan-aturan) Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya.

Di sinilah peran penting dari perintah Rasul SAW untuk menuntut ilmu dari mulai lahir hingga liang lahad. Ketaqwaan sangat memerlukan landasan ilmu yang benar dan lurus, sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT sangat mencela kepada orang-orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan tentang batasan-batasan yang telah disampaikan kepada Rasul-Nya. Hal ini sejalan pula dengan firman Allah bahwa Alah akan meninggikan orang-orang berilmu beberapa darjat.

Dalam perjalanan meraih darjat taqwa diperlukan perjuangan yang sungguh-sungguh untuk melawan hawa nafsu, bisikan syaithaniyah yang sangat halus dan sering membuat manusia terpedaya. Sikap istiqamah dalam memegang ajaran Allah sangat diperlukan guna menghantarkan kita menuju darjat taqwa.

Jumat, 13 Januari 2012

ORANG-ORANG YANG DIDO'AKAN OLEH PARA MALAIKAT

Assalamualaikum...


Allah SWT berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' 26-28)

Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2. Orang yang duduk menunggu shalat. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)

3. Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat. Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

4. Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf). Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)

6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

7. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)

9. Orang - orang yang berinfak. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

10. Orang yang makan sahur. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

11. Orang yang menjenguk orang sakit. Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")

12. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Kamis, 01 Desember 2011

LELAKI DI SORGA

Sesungguhnya putriku ini adalah amanah di pundakku dan aku berusaha mencari untuk kebaikan urusannya pada apa yang telah aku perbuat.” Atas alasan itulah Said Bin Musayyib menolak pinangan Amirul Mukminin dan menikahkan putrinya dengan orang kalangan biasa dari kaum muslimin.

Mendung duka belum tersaput dari wajah lelaki yang baru kehilangan orang yang paling dikasihi. Dia tidak tahu bahwa ternyata malam itu adalah malam terakhir dirinya menjumpai istri di rumahnya yang sederhana.. Terbayang kembali wajah istrinya, yang demikian baik kepadanya. Dialah yang senantiasa menghibur kesedihannya. Ikut memahami dan merasakan kegalauannya. Istri yang selalu mendoakannya agar dirinya mendapatkan hidayah Allah. Istri yang senantiasa mengalirkan air mata pada tiap-tiap pertengahan malam, yang selalu menyemangati untuk selalu mencari ridha Allah.

Namun kegembiraan tidaklah boleh berlebihan, duka pun tak boleh berkelanjutan. Pria shaleh yang mendalam ilmunya ini menyadari bahwa duka kematian istrinya tidak boleh berlarut-larut. Kecintaannya akan majelis ilmu yang dipimpin gurunya Said Bin Musayyib harus segera dihadiri lagi.

“Allahu akbar, Allahu akbar,” Adzan subuh pun berkumandang. Gemanya menggetarkan jiwa. Menerobos bilik-bilik rumahnya yang sederhana. Suara yang selalu dinanti. Suara yang selalu bisa membawanya terbang tinggi, menikmati empuknya awan, terbang jauh, diayun gelombang sahara yang menenangkan. Lengkingan suara yang menghapus kedukaan, membawanya pada kegembiraan dan melupakan sejenak segala sesak yang menghimpit tenggorokan.

Aduhai, alangkah merdunya suara panggilan itu kali ini. Abu Wada’ah merasakan kedamaian dan ketentraman yang mendalam. Dia menjawab suara muadzin itu, tak terasa langkahnya telah membawanya ke masjid Nabawi. Masjid tempat dia selama ini menuntut ilmu. Abu Wada’ah kembali datang ke majelis sebagaimana biasa.

Abdullah bin Abu Wada’ah dalam beberapa riwayat sering disebut Abu Wada’ah, dia berguru kepada Said Bin Musayyib, seorang tokoh ulama dari generasi tabi’in bernasab langsung ke Bani Mahzhum. Seorang ulama yang selalu berpuasa di siang hari, bangun di tengah malam. Menunaikan haji sekitar empat puluh kali. Sejak empat puluh tahun tidak pernah terlambat dari takbir pertama di masjid Nabawi dan ia selalu menjaga untuk berada di shaf pertama. Allah menganugerahkan kelapangan rezeki, dia bisa menikah dengan siapa saja yang ia kehendaki dari wanita bangsawan Quraisy, namun ia lebih memilih putri Abu Hurairah ra dari seluruh para wanita. Yang demikian itu karena kedudukannya dari Rasulullah saw. dan keluasan riwayatnya terhadap hadits serta raghbah-nya (keinginannya) yang begitu besar dalam mengambil hadits darinya. Ia telah mendedikasikan dirinya untuk ilmu semenjak kecil.

Ia belajar dengan istri-istri Nabi saw. dan mengambil manfaat dari mereka. Berguru kepada Zaid ibn Tsabit, Abdullah ibn Abbas dan Abdullah ibn Umar. Dan juga mendengar dari Utsman, Ali dan Shuhaib serta sahabat Nabi mulia saw yang lainnya. Said Bin Musayyib adalah seorang guru yang memiliki keteladanan yang tinggi. Beliau memiliki dan memimpin sebuah majelis ilmu (halaqah) yang cukup besar di Masjid Nabawi Madinah, di samping halaqah-halaqah yang lain yang ada di masjid itu, seperti halaqahnya ‘Urwah bin Zubair, dan Abdullah bin ‘Utbah.

Abu Wada’ah termasuk seorang murid yang setia, dia tidak pernah absen setiap kali sang guru mengajar. Makanya sewaktu Abu Wada‘ah tidak datang ke majelis halaqahnya beberapa kali, tentu saja Said Bin Musayyib merasa kehilangan murid setianya ini. Beliau merasa khawatir kalau-kalau ketidakhadirannya disebabkan karena sakit atau karena ada masalah yang menimpanya. Lalu beliau menanyakannya kepada murid-murid yang lainnya tentang keadaan Abu Wada’ah, tetapi mereka semua mengatakan tidak tahu.

Subuh itulah untuk pertama kalinya Abu Wada’ah menampakkan diri kembali di majelis sebagaimana biasa. Maka sang guru Said Bin Musayyib segera menyambut kedatangannya dengan sapaan yang penuh perhatian.

“Ke mana saja engkau ya Aba Wada’ah?” Sapa Sang Guru penuh perhatian

“Istriku meninggal dunia, sehingga aku sibuk mengurusinya,” Jawabnya.

“Mengapa tidak memberitahu kami sehingga kami bisa menemanimu dan mengantarkan jenazah istrimu serta membantu segala keperluanmu,” Sang guru menunjukkan perhatiannya

“Terima kasih, jazaakallahu khairan,” Jawab sang murid sambil menyembunyikan perasaannya yang terkesan memang sengaja tidak memberi tahu karena khawatir merepotkan gurunya. Dan ketika hendak beranjak pergi, sang guru menahannya. Sampai ketika semua murid yang lainnya telah pulang. Tidak berapa lama kemudian Said Bin Musayyib menghampiri Abu Wada’ah dan membisikan sesuatu kepadanya.

“Apakah engkau belum terpikir untuk mencari istri yang baru ya Aba Wada’ah.” Bisik sang Guru dengan penuh kehati-hatian untuk menjaga perasaan muridnya.

“Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatimu, siapa orangnya yang mau mengawinkan anak perempuannya dengan pemuda sepertiku yang sejak kecil yatim, fakir dan hingga sekarang ini aku hanya memiliki dua sampai tiga dirham,” Tandas Abu Wada’ah yang tampaknya ingin bersikap realistis terhadap keadaan dirinya.

“Aku yang akan mengawinkanmu dengan anak perempuanku,” Sang Guru menegaskan ucapannya. Abu Wada’ah terkejut dan dengan terbata-bata menanggapi tawaran gurunya.

“Eng,…engkau akan mengawinkanku dengan anak perempuanmu, padahal engkau tahu sendiri bagaimana keadaanku,” Abu Wada’ah menanggapi setengah tidak percaya.

Beberapa saat kemudian keduanya terdiam, Sang Guru sendiri tampak arif dan demikian memahami perasaan muridnya. Tak lama kemudian, Syaikh mengucapkan sebuah perkataan yang sama sekali tak diduga oleh Abu Wada’ah.

“Ya,…kenapa tidak, karena ketika telah datang seseorang yang aku ridha terhadap agamanya dan akhlaknya maka aku akan kawinkan anak perempuanku dengan orang itu, dan engkau termasuk orang yang aku ridha”. Tegas sang guru.

Padahal sebelum ini putri beliau pernah dilamar oleh Al-Walid bin Hisyam bin Abdul Malik, putra mahkota Dinasti Umayyah, pada saat ayahnya Amirul Mu’minin Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan menjadi khalifah. Said Bin Musayyib menolak lamaran khalifah yang ingin menjodohkan putrinya dengan putera mahkotanya.

Putri Syaikh Said sendiri adalah salah seorang perempuan tercantik dan sempurna, seorang puteri yang paling mendalam ilmunya tentang Al-Quran dan Sunnah. Akan tetapi meskipun yang melamar anaknya adalah putra mahkota, Said Bin Musayyib tidak canggung menyampaikan permintaan maafnya karena menolak lamarannya. Keluarga istana Dinasti Umayyah tetap berusaha keras untuk dapat mempersunting putrinya itu, namun Said Bin Musayyib tetap tak bergeming, karena ia mengetahui bahwa Al-Walid adalah pemuda yang banyak melakukan dosa dan lemah agamanya. Dalam pandangan ahlud-dunia sikap Said Bin Musayyib mungkin dinilai aneh karena menyia-nyiakan kesempatan untuk menaikkan taraf hidup.

Sementara bagaimana dengan kita sekarang ini? Atas pertimbangan apa kita menerima dan menolak seseorang? Adalah Erich Fromm, dalam bukunya berjudul The Art of Loving, mengungkapkan dengan gamblang bahwa hubungan pria dan wanita pada jaman modern, pada akhirnya tak lebih dari sebuah proses tukar menukar seperti layaknya transaksi jual beli di era pasar bebas seperti saat ini. Sang pria menjual image-nya sebagai sosok yang tampan, dengan tubuh berotot, six packs, punya segala macam fasilitas mulai dari kendaraan keluaran terbaru, gagdet keluaran terbaru, dan style berpakaian yang tidak boleh ketinggalah jaman. Tak lupa, sang wanita pun menjual aset berharga berupa keindahan tubuhnya, kecantikan, tutur kata yang lemah lembut (meskipun aslinya kadang-kadang wataknya tidak lemah lembut sama sekali) hingga kecerdasan otaknya.– Astaghfirullah!

Namun Sa’id Bin Musayyib jauh dari sifat mengeksploitasi anaknya demi mengejar keuntungan dunia. Sebagai orang tua sekaligus seorang ‘alim, beliau hanya mendambakan putrinya mendapatkan jodoh dari orang yang bertaqwa dengan sesungguhnya. Dan pilihannya jatuh pada salah seorang murid majelis halaqahnya. Ia bukanlah seorang kaya, apalagi keturunan bangsawan, bahkan hanya seorang pemuda yatim yang berstatus duda dari wilayah Hayna.

Pada keduanya telah terjalin tafahum (saling memahami) tingkat tinggi. Bukan sekedar hubungan murid dengan guru semata akan tetapi lebih jauh dari itu adalah ta’akhi (persaudaraan) yang kental dan mendalam. Hubungan yang dirajut karena kecintaan kepada Allah semata dan jauh dari baju kepura-puraan, pura-pura shaleh, pura-pura ‘alim dan taqwa. Jadi Said Bin Musayyib meluluskan putrinya menikah dengan tak ada penilaian yang bersifat materi keduniaan dalam jiwa dan benaknya.

Tak berapa lama kemudian, Said Bin Musayyib memanggil beberapa orang muridnya yang kebetulan masih berada di dalam masjid. Ketika mereka ada di dekatnya, saat itu juga Said Bin Musayyib mengucapkan lafadz hamdalah dan shalawat atas Rasulullah saw… lalu disebutlah lafadz akad nikah antara putrinya dan Abu Wada’ah. Maharnya adalah uang senilai dua dirham.

Berbagai perasaan gembira, haru, bingung bercampur dalam hati Abu Wada’ah. Setelah selesai acara ‘aqad nikah yang sangat sederhana itu, ia segera pamit pulang ke rumahnya.

“Siang itu sebenarnya aku tengah puasa, tapi peristiwa itu menjadikan aku hampir lupa dengan puasaku…” Ungkap Abu Wada’ah dalam hati.

Sungguh bahagia Abu Wada’ah, saat segala takdir harus diterima dengan pasrah, saat Allah memberi kecukupan dengan karunia yang mungkin ‘terlihat’ apa adanya, saat rezeki yang bersahaja harus dipandang sebagai anugrah tak terkira, saat orang percaya atau tidak percaya, bahwa sesungguhnya engkau telah mendapat anugrah terindah…

Kilatan cahaya pikiran itu terus menerus menerangi sehingga membuka kesadaran yang hakiki. Hingga tiba adzan maghrib dan dia harus membatalkan puasanya. Selesai melakukan shalat maghrib, ia bersiap untuk ifthar dengan sepotong roti dan minyak.

Sementara di tempat lain Said Bin Musayyib setelah menyelesaikan prosesi akad nikah di Masjid Nabawi tadi, beliau kemudian pulang ke rumahnya dan mendapati putrinya tengah membaca Al-Qur’an.

“Apa yang sedang engkau lakukan wahai putriku?”

“Aku sedang membaca kitabullah wahai ayah…..”

“Apakah engkau memahaminya?”

“Ya, duhai ayahku. Tetapi, ada satu ayat yang aku belum bisa memahaminya sama sekali.”

“Ayat apakah itu wahai putriku?” tanya sang ayah dengan penuh keheranan.

“Yaitu firman Allah:

‘Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, ‘Wahai Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan juga di akhirat, serta peliharalah kami dari siksa neraka’.’ (Al-Baqarah : 201)

”Duhai ayahku, aku telah mengetahui bahwa kebaikan akhirat adalah jannah, lalu apakah yang dimaksud dengan kebaikan dunia?”

Sang ayah kemudian menjelaskan dengan penuh hangat, “Duhai putriku, kebaikan dunia adalah ketika seorang istri yang shalihah mendapatkan suami yang shalih. Hari ini Allah telah memberikan nikmat kepadamu dengan seorang suami yang shalih, maka bersiaplah untuk memasuki malam pertama bersamanya….”

Di rumahnya Abu Wada’ah belum tuntas menikmati sajian iftharnya berupa satu atau dua potong roti, tiba-tiba terdengar suara orang mengetuk pintu rumahnya. Kemudian dia berdiri untuk membuka pintu.

“Siapa di luar…?” tanya Abu Wada’ah.

“Saya Said,“ Jawab suara dari luar

Suara itu segera dikenalnya, yang tidak lain adalah Said Bin Musayyib. Ada apa gerangan? Karena saat itu sebenarnya Abu Wada’ah masih diliputi perasaan grogi dan cemas. Dalam benaknya, mungkin saja kedatangan syaikh Said hendak membatalkan urusan pernikahan ini, atau mungkin saja mempelai putri menolak menjadi istrinya. Tetapi, ketika dibuka pintu rumahnya, ternyata imam Said datang bersama putrinya yang telah memakai gaun pengantin

“Apa yang membuat Anda tergesa-gesa datang kemari wahai Syaikh?” Abu Wada’ah pun bertanya kepada sang imam.

“Sesungguhnya Allah membenci jika salah seorang di antara kita bermalam tanpa memiliki istri. Sehingga, setan tidak mengganggunya wahai Abu Wada‘ah. Inilah aku bawakan istrimu, semoga engkau diberkahi dengannya, dan semoga ia juga mendapatkan barakah denganmu, serta mengumpulkan kalian berdua dalam naungan kebaikan.”

Kemudian Said Bin Musayyib meninggalkan putrinya di rumah Abu Wada’ah. Saat itu juga Abu Wada’ah berlari dan naik ke atap rumahnya dan memanggil seluruh tetangganya. Seketika itu pula, para tetangganya berhamburan mendatanginya dan bertanya,

“Ada apakah gerangan wahai Abu Wada‘ah sehingga engkau memanggil kami?” Tanya para tetangganya.

“Said Bin Musayyib telah menikahkanku dengan putrinya. Beliau telah datang kepadaku malam ini untuk menyerahkan putrinya kepadaku. Dan sekarang, putrinya telah bersamaku.” Abu Wada’ah mengumumkan perihal keadaannya kepada mereka.

Para tetangga kemudian mendatanginya dan membantu hajat Abu Wada’ah. Kaum wanita mempersiapkan pengantin putri dan kaum lelaki mempersiapkan Abu Wada’ah agar bertemu dengan istrinya dalam keadaan terbaik. Dalam walimah sederhana itu tidak ada permainan dan perbuatan yang sia-sia.

Kemudian para undangan pulang ke rumahnya masing-masing dengan mendapatkan balasan dari Allah dan juga rasa terima kasih dari Abu Wada’ah. Mempelai laki-lakipun kemudian masuk ke rumah menemui istri barunya. Ternyata, ia adalah wanita yang sangat cantik, paling hafal dengan kitabullah, paling tahu dengan sunnah Rasulullah dan paling paham akan hak-hak suami.

Setelah berlalu masa sepekan dari pernikahannya, diapun kemudian meminta ijin kepada istrinya untuk keluar.

“Hendak ke mana duhai suamiku?”

“Hendak menghadiri majelis ilmu Said Bin Musayyib….”

“Duduklah di sini saja duhai suamiku. Akan aku ajarkan kepadamu ilmu Said Bin Musayyib….” Istrinya berkata dengan penuh hangat,

Lantas, Abu Wada’ah pun duduk bersamanya mengkaji ilmu agama. Suatu waktu, Said Bin Musayyib menengok keadaan Abu Wada’ah dan istrinya.

“Mengapa sekarang engkau tak lagi menghadiri halaqah wahai Abdullah?”

“Karena aku telah mendapati pada putri Said ilmunya Said,” Jawab Abdullah.

Kebahagiaan tetaplah rahasia Ilahi, meskipun sejuta manusia menggapai langit dan menggali bumi. Kebahagiaan sejati hanya dilandasi keyakinan akan takdir sehingga menjunjung manusia kearah ketabahan, kepasrahan, keteduhan hati dan keikhlasan, bak mutiara terpendam yang menyorotkan cahaya pasrah, menyambut keridhaan Ilahi. Peneladanannya terhadap Nabi saw. menggeser segala kesukaannya terhadap segala penghuni bumi. Itulah sebabnya, kehambaannya bertahan walau cobaan menerpa. Abu Wada’ah berbahagia dengan takdirnya, maka keabadian menghampirinya dengan segala keindahannya. Surga dunia, juga surga Akhirat.

INDAHNYA BIDADARI SURGA



Sifat Hurul‘in (Bidadari)
1. Sebagai Istri yang Suci
2. Kepala dan Kerudung yang Dikena­kannya
3. Wajahnya Putih dan Cantik Jelita
4. Sangat Indah Rupawan
5. Keindahan Matanya
6. Pandangannya Pendek (Tidak Liar)
7. Keindahan Hidung dan Kelembutannya
8. Pipinya Mulus, Bersih dan Ranum Kemerah-merahan
9. Mulutnya Manis dan Senyumnya Meman­car­kan Cahaya
10. Nyanyiannya
11. Suaranya Paling Merdu
12. Kekal Abadi
13. Selalu Berada dalam Keamanan dan Ketenangan
14. Selalu dalam Kesenangan
15. Selalu Rela dan Cinta
16. Senantiasa Menetap dan Mendampingi
17. Dipingit (Tidak Kemana-mana)
18. Berada dalam Tenda-Tenda
19. Selalu Memuji lagi Menyambut
20. Rambutnya Hitam Legam dengan Aro­manya yang Harum Semerbak
21. Lehernya Halus dan Panjang
22. Dadanya Bidang dan Bening
23. Buah Dadanya Padat
24. Pinggangnya Indah
25. Perutnya Indah
26. Hatinya Menjadi Cermin bagi Suaminya
27. Pergelangan Tangan, Tapak Tangan dan Cincinnya Sangat lembut
28. Disucikan
29. Mereka Adalah Perawan
30. Tidak Membosankan Suami dan Selalu Memuaskan
31. Betisnya Bening, Tumitnya Putih Mulus
32. Aroma dan Perhiasannya
33. Wanita yang Baik
34. Cerah Memancarkan Cahaya
35. Kedudukannya Tinggi
36. Berlimpah Kecintaan
37. Sebaya dan Sama
38. Benar-Benar Suci, dan sebelum­nya tidak pernah Disentuh oleh Manusia maupun Jin
39. Luput (Terbebas) dari Akhlak Tercela
40. Diciptakan oleh Dzat Yang Maha Bijaksana Secara Langsung

Melihat Wajah Allah Yang Mahamulia, lalu Kembali kepada Hurul‘in
Bahan Penciptaan Hurul‘in
Orang yang Paling Banyak Mendapatkan Bidadari
Hukum Menyifati Seorang Wanita
Suami dari Wanita yang Menikah dengan Banyak Pria yang Semuanya Masuk Surga
Wanita yang Meninggal dalam Keadaan Tidak Bersuami
Kekuatan Seorang Muslim dalam Menggauli Istrinya di Surga
Penghuni Surga yang Paling Rendah Kedudukannya
Kedudukan Sebagian Ulama Salaf di Sisi Bidadari .

Senin, 28 November 2011

PIDATO SAMBUTAN PARA NABI


Kemudian mereka itu berkata : Ya Tuhan kami, sewaktu kami di dunia, kami senang sekali membaca ayat-ayatmu serta kami senang mendengar pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an. Dan kami selalu mengagungkan nama-Mu dan membesarkan KalamMu.
Jawab Alloh : Kini kalian telah berada di sisiku, dan akan mudah sekali, kalian akan mendapatkan sesuatu keinginan daripadaku. Suatu hajatmu, tidak akan Aku lewatkan begitu saja. Pendeknya segala keinginanmu, secara sepontan Aku kabulkan. Kalian kini hidup berada di alam lain dari pada yang lain, kalian telah berada di alam yang kekal abadi disisiku.
Kemudian Alloh menyuruh malaikat mengambil suatu mimbar istimewa terbuat dari permata mirah delima, besar dan tinggi, jumlah anak tangganya sebanyak Rosul dan Nabi.
Maka untuk yang pertama Alloh mempersilahkan Nabi Ibrahim tampil di atas mimbar untuk mengucapkan pidato sambutan atas kehadiran mereka itu yang terdiri dari para Nabi, para Rosul, para Aulia, para Syuhada', para Solihin dan sekalian umat yang taat akan Tuhan. Dengan suara yang fasih dan lancar abi Ibrahim membuka pidato sambutannya yang mendapat sambutan yang meriah daripada hadirin. Selesai itu Nabi Ibrahim kembali duduk di tempat semula.
Kemudian yang mendapat giliran kedua yaitu Nabi Musa tampil di podium. Beliau membaca kitab Taurat dari awal sampai akhir, dengan irama lagu yang sangat merdu. Tidak disangka suara Nabi Musa begitu sangat merdu, sehingga terpesona para hadirin yang mendengarnya. Selesai itu Nabi Musa kembali duduk di tempat semula.
Sesudah itu datang giliran yang ketiga untuk Nabi Isa naik dimimbar untuk membaca Injil. Tidak ketinggalan pula dengan di iringi irama lagu yang sangat merdu. Selesai itu datang giliran yang keempat untuk Nabi Dawud membaca Zabur. Nabi Dawud naik kemimbar membaca kitab itu, yang mana sudah tidak asing lagi waktu didunia Nabi Dawud memang terkenal suaranya sangat merdu. Mempunyai suara emas, konon ceritanya, Nabi Dawudlah yang menyiapkan bunyi-bunyian dan menciptakan seni lagu dan menciptakan seni lukis.
Nabi Dawud membaca Zabur dari awal sampai akhir, lain dari yang lain. Beliau menggunakan sembilan buah lagu yang merdu-merdu, dalam membaca Zabur. Dikala hadirin mendengarkan suara Nabi Dawud membaca, bukan main terpesonanya mereka itu, ajaib sungguh suara Nabi Dawud itu. Seolah-olah hilang lenyap sukma dan jiwa terbawa oleh alunan suara Nabi Dawud naik turun yang demikian sangat merdunya, sehingga sukar dapat dilukiskan dengan kalam. Bermacam-macam irama lagu yang dibawakan oleh Nabi Dawud yang sangat menawan hati. Setelah Nabi Dawud berhenti membaca, barulah mereka sadar kembali.
Demikian keistimewaan dan kemerduannya suara Nabi Dawud membaca Zabur dengan memakai sembilan buah irama lagu berganti-ganti.
Kemudian Alloh s.w.t bertanya : Adakah pernah kalian mendengar suara semerdu ini?
Tidak, jawab mereka serentak, belum pernah kami mendengar suara, semerdu dan sebagus ini.
Kemudian Tuhan Berfirman : Hai Muhammad, kekasihku, silahkan anda naik podium, dan bacalah surat Thoha dan Yassien. Lalu Nabi naik ke mimbar membaca dua surat itu, dengan irama lagu yang lebih merdu lagi dari suara Nabi Dawud, sehingga menggetarkan sendi dan tulang, karena mendengar alunan suara Nabi Muhammad s.a.w. yang begitu merdu. Tidak satu pun dari makhluk Alloh yang berada ketika itu yang tidak terpesona karenanya. Tidak dapat dilukiskannya akan kemerduan suara dan lagu Nabi kita Muhammad s.a.w. dengan kata-kata.
Tuhan berfirman : Sudah kalian dengar akan bacaan Rosul-Rosulku itu, dan inginkah pula kalian mendengar bacaan Tuhanmu sendiri?
Jawab mereka itu, sudah tentu, ya Tuhanku.
Berkata Ibnu Abbas : Maka pada ketika itu Alloh s.w.t. membaca surat Ar-Rahman, dan setengah ulama mengatakan surat Al-An'am. Maka apabila mereka mendengar bacaan Tuhan Azza wajalla, tidak sanggup penulis melukiskannya bagaimana merdu dan asyiknya kalam Alloh yang di bacakan Alloh sendiri. Hilang lenyaplah perasaan dalam diri mereka, menggetar segala imlak, segala hijab, ta'tsir segala mahlighai, segala pohon, berada segala daun-daun kayu, berbunyi segala burung, berombak air disegala sungai, pendek kata tidak ada tarap bandingan gema kalam Illahi yang dibacakan oleh Tuhan sendiri.
Semua mereka itu merindukan kalam Illahi, tidak ada sesuatu atau yang di cita-citakan. Didalam hati mereka kecuali kodrat Illahi, pada waktu timbul kemesraan dalam hatinya cinta kasih kepada Tuhan.
Tersebut didalam hadits, bahwa penduduk syurga, setelah mereka mendengar kalam Illahi yang dibacakan oleh Tuhan sendiri, tercita-cita dihati mereka tidak mau makan dan minum, dan menjadi hasrat hati untuk selalu mendengar kalam Alloh oleh asyiknya bacaan Alloh.
emudian Alloh berfirman : Wahai para hambaku, adakah suatu permohonanmu yang belum kalian ajukan kepadaku?
Jawab mereka : Ya, Benar Tuhanku. Tinggal lagi bagi kami yang belum yaitu melihat wajahmu yang mulia.
Lalu Alloh menyuruh Malaikat hijab mengangkat tabir yang berada di hadapan mereka. Setelah tabir terangkat, seketika itu angin bertiup sepoi-sepoi dari bawah tabir itu kearah mereka, angin itu bukan sembarang angin, sejuk dan nikmat bertiup dirasa oleh tubuh mereka. Hati dan perasaan mereka tiba-tiba jadi berubah, tenang dan bahagia. Wajah-wajah mereka itu jadi bercahaya, berseri-seri. Dan sesungguhnya, kalau sekiranya penduduk bumi ini, diperlihatkan segala apa yang dapat dinikmati oleh penduduk syurga, niscaya seketika itu mereka akan mati karena inginnya sekali.
Kemudian Alloh berfirman : Hai Malaikatku, cobalah angkat olehmu Hijabul-A'zam yang berada diantaraKu dan antara hambaKu ini.
Setelah Hijabul-A'zam diangkat, lalu Alloh memanggil mereka :
....Siapakah Aku ini?
,,Engkau Alloh".
,,,Akulah Assalaam, kalian muslim. Dan Akulah mu'min, kalianlah mu'minun. Akulah yang masa dahulu Mahjub dan kalian Mahjubun. Dan inilah kalamku, maka dengarkanlah olehmu, inilah NurKu, dan pandanglah olehmu, dan inilah dia WajaKu. Tiliklah olehmu, pada saat ini Aku beri kesempatan pada kalian untuk bertemu padaKu".
Pada saat-sat itu penduduk syurga barulah dapat memandang wajah Tuhan dengan mata kepala sendiri tanpa dinding aling-aling, tegas dan Nyata. Mata mereka tidak berkedip sejenak pun, asyik dan nikmat mata mereka memandang wajah Tuhan yang Maha Mulia yang Maha Jamal.
Sedang kita melihat wajah seorang wanita cantik saja kita tidak akan bosan-bosan melihatnya. Konon selagi orang-orang di syurga sedang memandang wajah Tuhan, sedang manusia seperti Nabi Yusuf yang diciptakan oleh Alloh, sudah demikian cantiknya, sehingga wanita-wanita yang melihatnya sampai teriris pisau jari tangannya, mereka tidak berasa. Apalagi memandang wajah Alloh pencipta manusia itu, sudah tentu tidak ada bandingannya.

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

"dan tidak ada seorangpun yang setara/sebanding dengan Dia"

Diceritakan, dikala orang-orang mu'min memandang wajah Tuhannya tidak berkedip-kedip mata terus memandang kehadirot Tuhan selama tiga ratus tahun.
Demikian asyik mereka itu karena memandang zat Tuhannya yang Laisa Kamislihi syai, sehingga hilang lenyap haus dan lapar dari dirinya.
Begitulah kelezatan dan kenikmatan mereka itu ketika memandang Tuhan.

KETERANGAN

Melihat Tuhan adalah sudah ditetapkan dengan ayat-ayat Al-Qur'an dan sabda Nabi Muhammad s.a.w. Firman Alloh :
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ * إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

"Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri-seri." * "Kepada Tuhannyalah mereka melihat." Q.S Al-Qiyamah ayat 22-23.

Hadits Buchori/Muslim
إِنَكُمْ سَتَرَوُنَّ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوُنَّ الْقَمَرَلَيْلَةَ الْبَدْرِ

Nabi Bersabda :
"Sesungguhnya kamu pasti akan melihat TuhanMu, sebagaimana kamu dapat melihat bulan tanggal empat belas hari ( Purnama-Raya )."

Maka siapa yang menyangkal bahwa Tuhan itu tidak dapat dilihat pada hari kemudian, adalah orang itu telah menyangkal keterangan Al-Qur'an dan Hadits Nabi.
Adapun Nikmat dan Faedah melihat Tuhan bagi orang mukmin didalam syurga, kita tidak dapat pungkiri, karena ini semata-mata kurnia Alloh kepada hambanya. Sebagaimana janjinya didalam Al-Qur'an didalam surat Al-Kahfi ayat 110 :

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Maka janji ini dipenuhi oleh Alloh s.w.t. Dan dengan ibadat itulah berarti hamba Alloh yang Taqwa, mengikat janjinya, dan orang-orang yang melakukan ibadat inilah yang memelihara janji. Sewaktu hidup dalam dunia, maka tatkala mereka di syurga mereka di panggil menghadap ke hadhirat Illahi untuk memenuhi janjinya itu.
Itulah karunia Tuhan yang istimewa kepada orang-orang mukmin didalam syurga, dan itulah yang paling bahagia yang dapat dirasakan bagi penduduk syurga.
Sudah barang tentu, perasaan manusia yang mukmin terhadap kepada Tuhan, ada pertalian-pertalian bakti dan kasih kepada Tuhan. Kalau saja seorang anak, merasa disayang dan dikasihi oleh orang tuanya, sudah tentu ia selalu memelihara apa yang selalu menjadi keinginan orang tuanya. Dan orang-orang yang demikian ini sudah tentu dapat penghargaan dari orang tuanya. Hal ini tidak dapat kita pungkiri, sejak anak pergi merantau ingin kembali ke tanah airnya dan tentunya ingin bertemu dengan orang tuanya. Alangkah bahagianya anak dan orang tua dapat berjumpa kembali. Dan orang-orang tua yang berada akan menyambut kembali anak yang baru pulang itu dengan mengadakan pesta yang meriah sekali. Nah demikianlah gambaran hidup manusia dengan manusia.
Demikian pula Tuhan terhadap hambanya yang mukmin, mereka disambut oleh Tuhan dengan sambutan yang meriah dan sekaligus diperlihatkan dirinya kepada hambanya, sebagaimana keterangan diatas. Dan marilah untuk selanjutnya kita ikuti cerita ini.
Kemudian setelah itu sembah mereka : Ya Tuhan kami, tiada yang patut kami sembah didalam dunia ini, melainkan Engkau ya Tuhanku, oleh sebab itu ijinkanlah untuk kami ini sujud kepada Engkau, apakah Engkau Ijinkan?
Jawab Alloh : Ketahuilah, inilah suatu negeri yang tiada tempat melakukan ruku' dan sujud lagi untuk kalian. Inilah negeri tempat pembalasan, dan inilah tempat yang kekal. Dan sesungguhnya sengaja Aku Mengundang kalian kemari adalah bukan untuk menitahkan melakukan sujud, semata-mata Aku menyuruh kalian datang kemari adalah untuk menjamu kalian. Demi kemuliaanmu disisiKu, dan sesungguhnya telah sampai saatnya apa yang telah Aku janjikan, tapi kini Aku ijinkan permohonan kalian untuk sujud kali ini, dan tiada kesempatan lagi untuk kemudian sesudah ini buat seterusnya.
Kemudian dengan serempak mereka sujud kehadirat Alloh, tidak ketinggalan malaikat-malaikat dan wildan serta para bidadari turut sujud semuanya. Mereka sujud bukan sebulan dua bulan, tetapi sampai empat puluh tahun. Karena demikian asyiknya mereka sujud, diwaktu itu dihadirat Tuhan, sehingga lupa makan dan lupa minum. Dan kalau sekiranya Tuhan tidak menyuruh bangun entah sampai berapa lama lagi mereka sujud seperti itu. Inilah keistimewaan orang-orang disyurga, tidak ada penat dan cape, tidak ada ngantuk dan tidur. Cobalah anda bayangkan, sujud mereka sampai empat puluh tahun lamanya, demikian asyik dan nikmatnya mereka sujud itu dikala di hadirat Tuhan, sehingga hilang rasa haus dan lapar dari mereka itu, Itulah karunia Tuhan.
Firman Tuhan kemudian : Hai hamba-hambaKu, cukuplah sudah, angkatlah kepalamu, ucapkan Takbir, Tahlil, Takdis, dan Tahmid serta pujian padaKu.
Lalu mereka ucapkan "Allohu Akbar!! Lailaaha Illallooh, Subbuhun Quduudun obbunaa warobbul malaaikati warruh, Subhaanalloh walhamdu lillahi walaa Ilaaha Illallooh walloohu Akbar."
Kemudian Alloh berfirman dengan lemah lembut.
,,Assaalu alaikum yaa asfiyaa-ii"
,,Wassalaamu 'alaikum yaa jamaa'atii"
,,Wassalamu 'alaikum yaa auliyaa-ii"
,,Bercita-citalah kalian apa saja yang kalian inginkan""
Jawab mereka dengan ta'zimnya :
,,Ya Tuhan kami, apa pula lagi yang kami cita-cita dalam hati kami tidak ada lain hanya keridhoanMu. Itulah yang kami harapkan dari SisiMu"
,,Ya HambaKu, dengan sebab keridhoanKu inilah, kalian Aku masukkan kedalam syurga dan Aku tempatkan kalian berada disisiKu dan bertetangga padaKu, dan Aku beri kesempatan dapat menikmati memandang wajahKu.
Aku telah ridho kepadamu dan kamu tentunya Ridho kepadaKu, Aku senang padamu dan kamu pun senang kepadaKu"
Aku telah ridho kepadamu dan kamu tentunya ridho kepadaKu".
Demikianlah percakapan mereka kepada Tuhan dan sambuatan kepada mereka.
Kemudian Tuhan berfirman pula : Pada hari ini aku nyatakan ridhoKu kepadamu dan tidak akan Aku murka untuk selama-lamanya. Aku berikan kepadamu, dan tiada kamu akan merasai kesukaran buat selama-lamanya".
Demikianlah keadaan mereka siang dan malam selama-lamanya. Makan dan minum yang lezat serta buah-buahan tidak putus-putusnya, dilayani oleh pelayan yang muda-muda serta diiringi dengan bunyi-bunyian yang merdu merayu kalbu dan ditemani oleh isteri-isteri yang cantik-cantik, mereka bersuka ria tidak ada bosannya.
Itulah pahala yang besar daripada Tuhan kepada hambanya, yang mukmin dan Taqwa kepada-Nya.
Demikian kabarnya dalam perjamuan itu berjalan bukan untuk seratus dua ratus tahun, tetapi sampai seratus ribu tahun. Sangat lama bukan? akan tetapi bagi mereka tidak menjadi soal. Kemudian darang waktunya jamuan atas undangan Nabi Muhammad s.a.w. lima puluh ribu tahun. Dan jamuan Abu Bakar dua puluh empat ribu tahun. Jamuan Umar bin Khotob dua belas ribu tahun. Jamuan Utsman bin Affan enam ribu tahun, dan selanjutnya.
Kemudian Alloh menyuruh mereka membawa meraka ke pekan pertemuan dan perkenalan, suatu gedung khusus untuk berkenalan pada kesempatan itu penduduk syurga di beri waktu untuk berkenalan sesama penduduk syurga dengan menukar alamat masing-masing atau untuk mengetahui alamat sanak keluarganya, dimana mereka mandapat tempat tinggal dikampung atau dikota apa. Maka diwaktu itu mereka saling memberi tahu alamat tinggal didalam syurga.
Kemudian mereka dibawa kesuatu ruangan dimana tersedia mantel-mantel terbang. Maka barang siapa memakai mantel itu otomatis ia bisa terbang sendiri laksana burung.
Kalau didunia orang bisa melihat orang bisa terbang sonder sayap hanya di Film, tetapi di syurga menjadi kenyataan, bukan khayalan atau lamunan, ini memang benar, semua ini atas kekuasaan Tuhan.
Dengan girang hati mereka menerima tawaran malaikat untuk mencoba memakainya mantel ajaib itu. Setelah mereka memakai pakaian itu, tiba-tiba saja mereka jadi bisa terbang seperti burung. Maka puaslah hati mereka terbang kesana kemari melihat-lihat keindahan kota dari udara. Kalau didunia mereka bisa melihat dari udara dengan menggunakan pesawat terbang atau helikopter, tetapi kini cukup dengan menggunakan mantel itu saja. Demikian keistimewaan ahli Syurga.
Kata Imam Ghozali, didalam syurga disediakan salon kecantikan, dalam sekejap mata mereka dapat merubah rupa wajah mereka. Mereka masuk kedalam suatu bilik khusus untuk itu setelah mereka berada didalamnya. Dalam beberapa menit mereka memejamkan mata, sambil bercita-cita ingin model bagaimana wajah yang mereka harapkan, maka dengan taqdir Tuhan, tiba-tiba wajah mereka yang aslinya berubah dengan seketika sesuai dengan yang ia harapkan. Disitu telah tersedia cermin untuk melihat dirinya yang sudah berubah itu.
Hal yang serupa ini tidak usah kita heran, karena cara yang demikian ini Tuhan telah berikan dapat bersalin rupa, hanya kepada bangsa Jin, Syetan, malaikat, tetapi disyurga diberikan pula kepandaian itu kepada manusia.
Tersebutlah perkataan apabila seorang mukmin masuk syurga, buat pertama kali ia bertemu kepada bidadari yang jadi isterinya. Kata Bidadari : Oh tuanku junjunganku, lamalah sudah aku menanggung rindu padamu, Alhamdulillah kita kini dipertemukan oleh Alloh s.w.t didalam syurga. Dan lama sekali aku kenal namamu, namamu sudah sekian lama tercantum dalam dadaku, dan di dalam dada inang pengasuhmu. Itulah sebabnya aku menaruh rindu padamu, dan tersebutlah perkataan bila seorang bidadari menanggung rindu pada bakal suaminya, ia tidak akan dapat menahan rindunya, timbullah perasaan resah gelisah. Tidak enak duduk, tidak segala-galanya. Lalu ia keluar berdiri dimuka pintu mahlighai, duduk termenung seorang diri.
Tiba-tiba datang Malaikat Ridwan lalu menegur padanya : Aduhai Juwita, mengapakah engkau termenung seorang diri, bukankah lebih baik engkau diam dalam bilikmu?
Jawab Bidadari : Oh Ridwan, aku tidak segera masuk sebelum aku dapat memandang wajahku.
Kata Ridwan : Cobalah tengok itu disana. Kemudian bidadari menoleh kearah apa yang di tunjukan Ridwan, disana dilihatnya seperti gambar hidup, bayangan suaminya seolah-olah berada disisinya.
Jika dilihatnya bakal suaminya lagi berdiri sembahyang tahajud, suka citalah hatinya, berseri-seri wajahnya sambil tersenyum yang amat manis, ditengah dua buah bibir yang merah tampak dua baris gigi yang putih laksana mutiara. Katanya dalam hati : Aduhan junjunganku, rajin-rajinlah engkau beramal, siapa menanam akan memetik, siapa bersungguh-sungguh niscaya dapat tercapai. Ketahuilah Alloh telah mengangkat derajatmu didalam syurga. Ia telah menerima taatmu dan telah mengampuni dosamu. Alloh telah menjodohkan engkau dengan aku, daam waktu yang cukup lama. Aku selalu menanti kedatanganmu. Setelah itu kembalilah ia kedalam biliknya.
Tersebutlah perkataan penduduk syurga, tatkala ia masuk mendapatkan isterinya bidadari syurga, tatkala ia isterinya berkata : Oh suamiku, apakah yang menyebabkan keadaan keadaan wajahmu makin bertambah cantik dan menjadi lebih bercahaya-cahaya?
Jawab suaminya : tak lain sesungguhnya, karena Nur Illahi telah melekat pada wajahku. Demi Alloh oh dinda, demikian pula engkau kulihat pada hari ini telah bertambah cantik sehingga tak bosan mataku memandang wajahmu dan keelokan tubuhmu".
Dalam hal ini Alloh telah memuji akan kecantikan bidadari itu, firman-Nya didalam surat Ar-Rohman ayat 70 - 76 :

فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
مُتَّكِئِينَ عَلَىٰ رَفْرَفٍ خُضْرٍ وَعَبْقَرِيٍّ حِسَانٍ


"Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik."
"Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
"(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah."
"Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
"Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin."
"Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
"Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah."

Demikianlah pujian Tuhan akan kecantikan bidadari didalam syurga, dan keindahan bilik yang ditempatinya. Mereka ini belum pernah disentuh oleh siapapun juga baik oleh manusia maupun oleh bangsa Jin. Seratus persen mereka itu dalam keadaan gadis.
Tuhan tentu lebih maklum, bahwa yang menjadi kesenangan manusia terutama laki-laki adalah wanita cantik, maka oleh karena itu Tuhan jadikan bidadari didalam syurga adalah untuk memberikan kesenangan dan ketentraman hambanya, yang tidak akan berubah selama-lamanya keadaan bidadari itu. Sebagaimana Tuhan terangkan didalam surat Al-Waqiah :

فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا
عُرُبًا أَتْرَابًا


"dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan."
"penuh cinta lagi sebaya umurnya."

Kalau kita lihat didunia, banyak kejadian yang tidak sepadan didalam orang mendapat jodohnya. Seorang gadis umur belasan tahun bisa mendapatkan suami yang sudah berumur 60 tahun, atau seorang jejaka bisa mendapat isteri seorang janda yang sudah berumur dua kali lipat dari umur si jejaka itu. Dan manusia didunia pada umumnya, mereka lama kelamaan menjadi tua, karena peredaran malam dan siang. Akan tetapi bagi mereka penduduk syurga tidak demikian, mereka mendpat jodoh sebaya umurnya, yaitu muda sama mudanya dan mereka muda akan tetap dalam keadaannya, tidak mempengaruhi jasmaninya mereka, karena bergantian malam dan siang. Pendeknya situasi dan kondisi jasmani mereka Tuhan jadikan begitu rupa, yang tidak ada perubahan untuk selama-lamanya. Didalam syurga tidak ada rasa iri-mengiri, rasa cemburu, masing-masing suami atas isterinya dan demikian pula sang isteri atas suaminya. Dalam ini Tuhan menerangkan didalam Al-Qur'an : Kami lenyapkan segala rasa yang tidak karuan dari dalam dada mereka itu.
Itulah suatu kemenangan yang besar bagi orang yang Taqwa.
Demikianlah keadaan syurga yang kami petik ayat-ayat dari Al-Qur'an dan beberapa keterangan dari kitab-kitab hadits.
Mudah-mudahan keterangan ini memuaskan kepada para pembaca. Amiin.

MEREKA DIHIBUR DENGAN BERBAGAI TARIAN DAN NYANYIAN


Firman Alloh : berbahagialah kalian hai para hambaku. Hai malaikatku berilah mereka itu hiburan dengan bunyi-bunyian, nyanyian dan tarian syurga.
Demikianlah tidak lama kemudian malaikat mempersilahkan berpuluh bidadari naik kepentas untuk menari dan menyanyi untuk menghibur mereka itu sebagai tamu-tamu Alloh di arsy Haziratul-Qudsiyah.
Sesaat kemudian datang angin bertiup sepoi-sepoi basah dari bawah arsy-Alloh yang kemudian otomatis alat-alat musik berbunyi sendiri yang mana bermacam-macam alat-alat musik berada di dahan-dahan pohon syurga yang ada dalam ruangan itu.
Oh alangkah merdunya irama lagu dari bunyi-bunyian itu, otomatis alat musik berbunyi sendiri dengan irama lagu yang belum pernah didengar pada masa di dunia.
Kemudian suara musik yang merdu itu diiringi dengan nyanyian-nyanyian yang merdu merayu kalbu yang dibawakan oleh biduan-biduan syurga yang terdiri dari bidadari-bidadari serta diiringi pula dengan tarian-tarian yang lemah gemulai menawan hati yang ditarikan oleh gadis-gadis syurga yang cantik jelita, yang memakai pakaian yang indah-indah yang gemerlapan pakaian mereka kena cahaya dian karena bertabur intan berlian, dan disinari cahaya dian yang berganti-gantian beraneka warna, sehingga asyik di pandang mata dan menggiurkan hati.
Nyanyian mereka berisikan takdis dan tahmid pujian dan sanjungan, memuji dan mengagungkan kebesaran Alloh Kholikul alam. Pada saat itu lupalah sudah mereka akan segala penderitaan mereka waktu dahulu. Dan memang, mereka tidak akan mengalami lagi penderitaan buat selama-lamanya.
Subahanalloh. Innalloha 'alaa kulli syai-in qodiir!
Demikian mereka mendapat sambutan dengan hiburan yang istimewa di arsy Haziratul-Qudsiyah, dengan sambutan yang semeriah-meriahnya. Makanan yang nikmat, minuman yang lezat, bunyi-bunyian yang merdu, tari-tarian yang menawan serta layanan yang memuaskan.
Alangkah nikmatnya mereka itu. ZAALIKAL FAUJUL 'AZIIM.

TIAP-TIAP CINCIN BERUKIRAN DENGAN AYAT-AYAT AL-QUR'AN


Sepuluh Cincin itu bertuliskan dengan ayat-ayat sebagai berikut :

سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ

"Berbahagialah kamu! maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya"

سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ

"(Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang."

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ وَأَوْرَثَنَا الْأَرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ

"Dan mereka mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam syurga di mana saja yang kami kehendaki".

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ ۖ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ

"Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri."

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ

"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air"

إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ

"Sesungguhnya penghuni syurga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)."

وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَاكُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

"Itulah syurga, yang telah diberikan pada kamu, tersebab karena perbuatan kamu".

لَهُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ

"Untuk di syurga menikmati buah-buahan banyak sekali dapat kamu makan".

سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَىٰ الدَّارِ

"Selamat atas kamu dan baguslah kamu, dengan sebab kesabaranmu, maka itulah sebaik-baiknya tempat tinggal".

لَايَمُسُّهُمْ فِيهَانَصَبٌ وَمَاهُمْ بِمُخْرَجِينَ

"Mereka tidak akan mendapat susah dan pula mereka tidak akan keluar lagi".

Kemudian terdengar sambutan dari sisi Alloh : ....,selamat datang para hambaku dan berbahagialah kamu. Ya para malaikatku berikanlah kepada mereka itu mahkota keemasan, lalu datanglah malaikat-malaikat yang tidak terhitung banyaknya memberi kepada mereka serta dipakaikannya keatas kepala tiap orang dari mereka itu. Mahkota emas yang bertahtakan intan berlian.
Kemudian itu Alloh menyuruh malaikat menangkapi beribu-ribu ekor burung merpati, yang lalu dimasukkan kedalam jambangan kasturi, kemudian dilepas supaya terbang diatas kepala mereka dengan mengibas-ngibaskan sayap dan ekornya sehingga minyak harum berhamburan dikepala dan pakaian mereka, sehingga pakaian mereka dan udara dalam ruangan istana itu menjadi harum semerbak baunya.